JARKOM LANJUT - FRAME RELAY , X25 dan MULTIPLEXING

Posted by stev_mtl's BLOG | Posted on 18.30 | Posted in


Frame Relay merupakan layanan jasa jaringan komunikasi data dengan teknologi Frame switching yang berkecepatan tinggi untuk menghubungkan satu atau beberapa lokasi ke berbagai lokasi tujuan (point to multi point) baik di dalam ataupun luar negeri.Koneksi LAN to LAN dengan berbagai aplikasi voice, multimedia, video conference dan aplikasi berbasis client-server / telnet / terminal emulation dengan sentralisasi database yang mencakup

  1. File transfer
  2. Email
  3. Web Intranet
  4. Data entry
  5. Pengendalian persediaan
  6. Payment point
  7. Corporate Internet dedicated



  


Aplikasi transaksional dan interaktif yang mencakup:

  1. Online antar cabang
  2. Reservasi hotel/tiket pesawat

Jaringan Frame Relay

 1.Topology Star atau disebut Hub and Spoke topology

Frame Relay - Hub and Spoke


Frame Relay - Hub and Spoke

Topology Hub and Spoke adalah jaringan frame relay yang paling banyak dipakai dikarenakan pemakaian virtual circuit paling sedikit untuk menghubungkan hanya dua atau beberapa kantor atau site saja. Konfigurasi router bisa melibatkan pemakaian interface Multipoint ataupun Point-to-Point Sub-interface untuk mendifinisikan topology jaringan frame relay.
Diagram diatas merupakan topology jaringan frame relay Hub and Spoke yang merupakan jaringan Point-to-Point circuit tersendiri untuk setiap masing-2 kantor cabang atau setiap site yang terhubung dengan kantor pusat. Model ini merupakan model paling ekonomis yang bisa anda pakai untuk menghubungkan antar site anda.



2.Topology jaringan Frame relay Full-Mesh

Frame Relay Network - Full Mesh

Frame Relay Network - Full Mesh

Diagram ini merupakan topology jaringan frame relay Full-Mesh dimana setiap masing-2 kantor / site mempunyai jaringan Point-to-Point circuit tersendiri yang menghubungkan setiap kantor yang berbeda. Model ini adalah model yang paling mahal dalam jaringan frame relay karena kita harus menyewa setiap circuit (CIR) yang kita pakai.




3.Topology Partial-Mesh

Frame Relay Network - Partial Mesh

Frame Relay Network - Partial Mesh

Diagram ini merupakan topology jaringan frame relay Partial-Mesh yang merupakan solusi frame relay lebih ekonomis dari topology Full-Mesh. Jadi hanya beberapa kantor / site saja yang mempunyai jaringan koneksi langsung antar kantor, sementara kantor / site lain tidak secara langsung terhubung.
Jaringan frame relay Sub-Interface memungkinkan kita memakai satu interface fisik router yang sama untuk beberapa virtual circuit. Hal ini merupakan penghematan yang sangat besar dalam menyediakan suatu interface tunggal yang bisa dipakai untuk beberapa koneksi WAN. Hal ini juga bisa mengatasi berbagai masalah koneksi yang berhubungan dengan operasi normal dari protocol routing dinamis.




Frame Relay Network - Sub-Interface

Frame Relay Network - Sub-Interface

Kesalahan konfigurasi jaringan frame relay dapat menyebabkan berbagai masalah yang berhubungan dengan jaringan. Beberapa masalah ini bisa diatasi hanya dengan mengikuti petunjuk dasar konfigurasi. Jika suatu jaringan frame relay mengalami banyak munculnya pesan notifikasi adanya kenaikan kongesi (red. membludaknya data transmisi) atau terasa lambatnya performa jaringan secara terus menerus, maka perlu diadakan kajian atas kebutuhan bandwidth circuit WAN yang mungkin perlu dinaikkan. Atau bahkan perlu pengkajian kalau saja ada masalah dengan design system anda yang menyebabkan mampetnya jalur circuit anda.
Berikut ini adalah tugas umum yang perlu dilakukan dalam konfigurasi jaringan frame relay.
1. Enable jaringan frame relay pada interface (serial S0 ataupun S1 dari router anda) dengan cara memilih jenis “Encapsulation type”
2. Memberikan address network layer pada interface seperti IP address interface S0 atau S1
3. Mengkonfigurasi address dynamic (menggunakan “inverse arp”) ataupun address statis (mapped interface)
4. Untuk sub-interface Point-to-Point, atau sub-interface Multi-point dengan menggunakan dynamic address, gunakan DLCI pada sub-interface
5. Untuk setting opsional gunakan LMI setting

Catatan: secara default router Cisco melakukan autosensing jenis LMI yang dipakai dan melakukan konfigurasi sesuai jenis LMI seperlunya.  Anda perlu melakukan setting LMI jika router gagal melakukan autosensing atau anda perlu melakukan setting manual.

Yang berikut adalah step untuk konfigurasi jaringan Frame relay:
Cisco command
Keterangan
Router (config-if) # encap frame
Enable jaringan frame relay dan setting metoda “encapsulation type”
Router (config-if) # ip address 10.0.0.1 255.0.0.0
Memberikan suatu address network layer pada interface yang dipilih
Router (config-if) # frame inverse-arp
Atau melakukan static address
Router (config-if) # frame map ip 10.0.0.3 100
Enable inverse-arp (jika kondisi ‘disable’) atau melakukan pemetaan manual ke nomor DLCI
Router (config-if) # frame lmi-type cisco
Router (config-if) # keepalive 9
Konfigurasi jenis LMI

Konfigurasi serial sub-interface: Point-to-Point
Untuk melengkapi interface Point-to-Point anda bisa melakukan step berikut:
Cisco command
Keterangan
Router (config-if) # encap frame
Enable jaringan frame relay dan setting metoda “encapsulation type”
Router (config-if) # int s0.1 point
Membuat sub-interface pada serial s0 dan memberikan identitas  interface Point-to-point
Router (config-subif) # ip address 11.0.0.1 255.0.0.0
Memberikan address network layer
Router (config-subif) # frame interface-dlci 100
Konfigurasi jenis addressing static ataupun dynamic
Catatan: untuk sub-interface Point-to-Point ataupun sub-interface multi-point dengan addressing dynamic, anda juga harus memberikan suatu nomor DLCI pada sub-interface.

Konfigurasi sub-interface Multi-point
Step berikut adalah konfigurasi jaringan frame relay serial sub-interface multi-point
Cisco command
Keterangan
Router (config-if) # encap frame
Enable jaringan frame relay dan setting metoda “encapsulation type”
Router (config-if) # int s0.100 multipoint
Membuat sub-interface dan mengidentifikasikan interface multipoint.
Router (config-subif) # ip address 13.0.0.1 255.0.0.0
Memberikan address network layer
Router (config-subif) # frame interface-dlci 300
Atau konfigurasi static address
Router (config-subif) # frame map ip 13.0.0.3 300
Konfigurasi static ataupun dynamic addressing (DLCI untuk untuk inverse-arp)
Catatan: untuk sub-interface point-to-point atau multi-point dengan dynamic addressing, anda harus juga memberikan DLCI number pada sub-interface.

Konfigurasi jaringan frame relay back-to-back
Pada seksi sebelumnya dijelaskan router connect pada jaringan frame relay yang sudah ada dan router di konfigurasi sebagai DTE dengan DCE nya adalah frame relay switch di jaringan Telkom penyedia frame relay di central office. Anda bisa configure Cisco router sebagai DCE dalam suatu scenario jaringan frame relay back-to-back untuk keperluan testing.
Lengkapi step berikut untuk konfigurasi dua router yang dihubungkan back-to-back menggunakan jaringan frame relay.
1.       Hubungkan kedua router dengan kabel yang benar, gunakan kabel DTE pada satu router dan kabel DCE untuk kabel router satunya atau gunakan saja suatu kabel DTE/DCE crossover cable.
2.      Pada modus interface, set “clock rate” pada interface router yang berfungsi sebagai DCE.
3.      Lengkapi konfigurasi item-2 berikut untuk setiap interface yang terhubung.
a.      Enable jaringan frame relay dan set metoda “encapsulation”
b.      Berikan addressing network layer
c.       Matikan “keep-alive” interval
d.      Petakan address pada DLCI (gunakan DLCI yang sama untuk keduanya) atau berikan DLCI number pada interface (gunakan DLCI yang sama untuk keduanya)
Command-2 berikut digunakan untuk konfigurasi kedua router untuk setiap interface terhubung.


RouterD (config) # int s0
RouterD (config-if) # encap frame
RouterD (config-if) # ip address 10.0.0.1 255.0.0.0
RouterD (config-if) # no keepalive
RouterD (config-if) # frame map ip 10.0.0.2 100
RouterD (config-if) # clock rate 56000
RouterE (config) # int s0
RouterE (config-if) # encap frame
RouterE (config-if) # ip address 10.0.0.2 255.0.0.0
RouterE (config-if) # no keepalive
RouterE (config-if) # frame map ip 10.0.0.1 100
Anda juga bisa menggantikan command berikut untuk command frame-relay map untuk kedua router Frame-relay interface-dlci 100

Cara monitoring jaringan frame relay
Seteah jaringan frame relay sudah diconfigure, anda bisa menggunakan beberapa command untuk memonitor atau melihat konfigurasi jaringan frame relay anda pada router. Sebagai tambahan command #show run, gunakan command-2 berikut untuk melihat informasi jaringan frame relay.

Jika anda ingin melihat
Gunakan command berikut
DLCI numbers
Show run Show frame pvc
Frame relay network encapsulation method
Show int Show run
Interface configuration (DCE or DTE)
Show frame pvc Show int
LMI information and traffic statistics
Show frame lmi Show int
Global traffic statistic
Show frame traffic
Addresses and associated DLCIs
Show frame map


X.25 Protocol

Adalah standar jaringan packet switching yang disetujui pada 1976 oleh CCITT (sekarang ITU). Standar ini mendefinisikan layers 1, 2, and 3 Model Referensi OSI.

Pada 1970 an ada banyak jaringan telekomunikasi publik yang dimiliki oleh perusahaan, organisasi dan pemerintahan yang saling berbeda satu sama lain sehingga diperlukan protocol yang lebih umum untuk menggabungkan semua standar industri tersebut.

Pada 1976 X.25 direkomendasikan sebagai protocol yang dimaksud oleh The International Consultative Committee for Telegraphy and Telephony (CCITT) sekarang International Telecommunication Union (ITU) sejak 1993.

X.25 adalah packet switched data network protocol yang mendefinisikan secara internasional bagaimana cara melakukan data exchange dan information control antara user device (host), disebut Data Terminal Equipment (DTE) dan network node, disebut Data Circuit Terminating Equipment (DCE).

X.25 adalah Connection Oriented service yang memastikan paket ditransmisikan berurutan.

X.25 mengacu pada tiga layer pertama Open Systems Interconnection(OSI) dalam arsitektur 7 Later yang ditetapkan oleh International Standard Organization (ISO).

1. Physical Level adalah interface secara fisik. Sesuai dengan Physical Layer pada OSI model
2. The Link Level bertanggung jawab terhadap komunikasi antara DTE dan DCE. Sesuai dengan Data Link Layer pada OSI model
3. The Packet Level mendeskripsikan data transfer protocol pada packet switched network. Sesuai dengan Network Layer pada OSI model.

X.25 disetujui pada 1976 dan direvisi pada 1977, 1980, 1984, 1988 and 1992. Saat ini digunakan sebagai interfaces data communication networks terluas di seluruh dunia.

Packet Switching

Adalah protocol yang mengatur data dibagi menjadi sejumlah paket sebelum dikirimkan. Setiap paket akan dikirimkan terpisah dan dapat melalui saluran (routing) yang berbeda. Setelah semua paket dapat diterima oleh host tujuan, protocol menyusun kembali sehingga bisa ditampilkan utuh seperti semula.

Sebagian besar Wide Area Network (WAN) protocol modern, termasuk TCP/IP, X.25 dan Frame Relay, berbasis teknologi packet switching. Sedangkan layanan telepon umumnya berbasis jaringan teknologi circuit switching.

Umumnya dedicated line dialokasikan untuk transmisi antara dua pihak. Circuit switching ideal untuk kondisi dimana data harus dikirim secepatnya dan harus sampai dengan urutan yang sama. Misalnya untuk real time data (live audio dan video). Packet switching lebih efisien untuk jenis data yang dapat mentoleransi transmisi yang tertunda dan terpisah (tidak bersamaan) seperti misalnya e-mail dan Web.

Teknologi yang lebih baru, ATM, mengkombinasikan keduanya. Mampu memberikan garansi akurasi seperti jaringan circuit switched dan efisiensi dari jaringan packet switching.

Kesimpulan

X.25 adalah protocol telekomunikasi jaringan packet switched yang sampai saat ini masih sangat banyak dipergunakan di seluruh dunia. Salah satu aplikasinya adalah Frame Relay. Jaringan ini merupakan satu protocol utama akses Internet di seluruh dunia.

Dalam elektronik, telekomunikasi, dan jaringan komputer, multipleksing adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk ke sebuah proses di mana beberapa sinyal pesan analog atau aliran data digital digabungkan menjadi satu sinyal. Tujuannya adalah untuk berbagi sumber daya yang mahal. Contohnya, dalam elektronik, multipleksing mengijinkan beberapa sinyal analog untuk diproses oleh satu analog-to-digital converter (ADC), dan dalam telekomunikasi, beberapa panggilan telepon dapat disalurkan menggunakan satu kabel.
Dalam komunikasi, sinyal yang telah dimultipleks disalurkan ke sebuah saluran komunikasi, yang mungkn juga merupakan medium transmisi fisik. Multipleksing membagi kapasitas saluran komunikasi tingkat-rendah menjadi beberapa saluran logik tingkat-tinggi, masing-masing satu untuk setiap sinyal pesan atau aliran data yang ingin disalurkan. Sebuah proses kebalikannya, dikenal dengan demultipleksing, dapat mengubah data asli di sisi penerima.
Sebuah alat yang melakukan multipleksing disebut multiplekser (MUX) dan alat yang melakukan proses yang berlawanan disebut demultiplekser, (DEMUX).
Bentuk paling dasar dari multipleksing adalah time-division multipleksing (TDM) dan frequency-division multiplexing (FDM).
Dalam komunikasi optik, FDM sering disebut sebagai wavelength-division multiplexing (WDM).
Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (:banyak) informasi melalui satu saluran. Istilah ini adalah istilah dalam dunia telekomunikasi. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar & penerima (transceiver), atau kabel optik. Contoh aplikasi dari teknik multiplexing ini adalah pada jaringan transmisi jarak jauh, baik yang menggunakan kabel maupun yang menggunakan media udara (wireless atau radio). Sebagai contoh, satu helai kabel optik Surabaya-Jakarta bisa dipakai untuk menyalurkan ribuan percakapan telepon. Idenya adalah bagaimana menggabungkan ribuan informasi percakapan (voice) yang berasal dari ribuan pelanggan telepon tanpa saling bercampur satu sama lain.
Teknik multiplexing ada beberapa cara. Yang pertama, multiplexing dengan cara menata tiap informasi (suara percakapan 1 pelanggan) sedemikian rupa sehingga menempati satu alokasi frekuensi selebar sekitar 4 kHz. Teknik ini dinamakan Frequency Division Multiplexing (FDM). Teknologi ini digunakan di Indonesia hingga tahun 90-an pada jaringan telepon analog dan sistem satelit analog sebelum digantikan dengan teknologi digital.
Pada tahun 2000-an ini, ide dasar FDM digunakan dalam teknologi saluran pelanggan digital yang dikenal dengan modem ADSL (asymetric digital subscriber loop).
Yang kedua adalah multiplexing dengan cara tiap pelanggan menggunakan saluran secara bergantian. Teknik ini dinamakan Time Division Multiplexing (TDM). Tiap pelanggan diberi jatah waktu (time slot) tertentu sedemikian rupa sehingga semua informasi percakapan bisa dikirim melalui satu saluran secara bersama-sama tanpa disadari oleh pelanggan bahwa mereka sebenarnya bergantian menggunakan saluran. Kenapa si pelanggan tidak merasakan pergantian itu? Karena pergantiannya terjadi setiap 125 microsecond; berapapun jumlah pelanggan atau informasi yang ingin di-multiplex, setiap pelanggan akan mendapatkan giliran setiap 125 microsecond, hanya jatah waktunya semakin cepat.
Teknik multiplexing yang ketiga adalah yang digunakan dalam saluran kabel optik yang disebut Wavelength Division Multiplexing (WDM), yaitu satu kabel optik dipakai untuk menyalurkan lebih dari satu sumber sinar dimana satu sinar dengan lamda tertentu mewakili satu sumber informasi.

Comments (0)

Posting Komentar